Ngomongin cita-cita, seiring berjalannya waktu, definisinya terasa
berbeda dari apa yang dipahami waktu usia anak-anak. Waktu kecil dulunya ingin
jadi polisi, waktu sudah dewasa ternyata polisi profesi yang membutuhkan fisik
kuat dan mental baja, jadinya justru bingung mau
jadi apa. Semakin banyak mendapatkan informasi, semakin banyak pilihan hidup
yang harus diambil. Banyak juga yang berpikir kalau cita-cita itu hanya sebagai
sebuah visi yang pelaksanaannya tidak harus dicapai, kalau pun tercapai alhamdulillah,
kalau gak ya gapapa yang penting ada pekerjaan yang sudah didapatkan dan itu
mampu mencukupi kebutuhan hidup. Namun, juga tak sedikit mereka yang memiliki
pendirian untuk mengejar cita-cita yang diimpikan sedari kecil.
Menarik untuk dibahas, apakah cita-cita itu masih penting?
1. Sudut pandang “cita-cita itu penting dan harus dicapai.”
Maka yang terjadi dari sudut pandang ini adalah cita-cita itu bisa
jadi pemacu kita untuk terus belajar dan bekerja semakin keras. Tidak peduli
apa yang terjadi di sekitar, jika cita-cita itu ada di pribadi kita untuk terus
maju, maka omongan orang lain itu tidak akan jadi penghambat kita. Tidak ada
kata putus asa dan proses yang dialami akan membentuk pribadi yang semakin
tahan banting. Namun, orang seperti ini jumlahnya sedikit.
2. Sudut pandang “cita-cita itu penting, tapi gak harus jadi fokus
utama”
Jika dilihat dari sudut pandang ini, cita-cita itu sebagai impian
yang apabila dapat tercapai, nikmatnya akan terasa sekali, rasanya doa-doa yang
dibaca setiap hari dapat terkabul. Biasanya proses yang dialami itu akan mengalami
fase dimana cita-cita harus disingkirkan untuk sementara waktu demi mampu mencukupi
kebutuhan hidup. Ketika kesempatan itu hadir kembali, maka mimpi yang diimpikan
akan dikejar dengan berusaha keras.
Poinnya adalah masa depan yang kita ambil memiliki 2 pilihan ; apakah
harus bekerja mengikuti passion, kemampuan, dan keinginan ATAU harus bekerja
untuk memenuhi kebutuhan hidup?
-written by fadhilah luthfi-