Bagaimana kabar ikan dan laut Indonesia?
02.22.00Siapakah nenek moyang Indonesia?
Indonesia jika dilihat secara
menyeluruh sebenarnya memiliki kekayaan alam yang begitu melimpah, baik itu
dari tambang, minyak, lahan pertanian, perkebunan, alam, dan lain sebagainya.
Semua tersedia di Indonesia. Namun, entah hukum alam ataupun tidak, jika kita
memiliki sesuatu yang lebih dan melimpah justru kita tidak mampu untuk
memanfaatkan kesempatan tersebut. Berbeda dengan negara-negara eropa yang
memiliki sumber daya alam sangat terbatas, justru mereka dapat memanfaatkannya
secara maksimal. Terlebih dalam sektor perikanan, Indonesia yang “dimana saja”
bisa menemukan ikan, baik laut maupun tawar justru konsumsi masyarakat untuk
makan ikannya masih jauh dari Negara Jepang. Indonesia kalah 41 : 86
kg/kapita/tahun. Padahal, luas perairannya tidak ada setengahnya dari
Indonesia. Lalu, bagaimana nasib nenek moyang ku yang seorang pelaut?
Usaha masyarakat Indonesia dalam
memanfaatkan sumber daya perikanan yaitu perikanan tangkap, masih banyak ditemukan
kendala yang hingga kini hanya sering dijadikan “judul proposal”. Program
dimana-mana, tapi penerapannya mana? Program berjalan di awal, tapi sekarang tak
ada kawal. Program yang dulunya janji, realitanya tak ada aji. Dan program yang
mereka anggap rapih, tapi masyarakat merintih. Bukan ditenggelamkan, tapi
MANFAATKAN! Tak ada solusi, hanya sensasi, demi mencari eksistensi. Masyarakat butuh
pelengkap, bukan asal larangan alat tangkap. Karena sejatinya, laut adalah common property, bukan private property!
Seiring berkembangnya zaman,
budidaya ikan air tawar dan tambak mulai mengalami peningkatan, baik dalam
teknologi, minat masyarakat, maupun prospek usahanya. Masyarakat Indonesia telah
memperbaharui cara budidaya yang dulu mereka terapkan yaitu sistem tradisional,
sekarang mulai sedikit berkembang, seperti penggunaan bioflog untuk budidaya lele yang sempat saya temukan saat bazar
kegiatan umkm di daerah. Namun, usaha budidaya ini hanya hitz di daerah-daerah yang memang sudah terkenal akan hasil olahan
ikan. Padahl, budidaya ikan bisa dilakukan dimana saja, asalkan kondisi alam
atau faktor produksinya dapat dijangkau seperti tanahnya, alam, modal, tenaga
kerja, dan kemampuan manajemen.
Indonesia masih menempati posisi kedua
dalam produsen terbesar perikanan tangkap dan budidaya dunia di bawah China.
Namun, Indonesia tidak masuk dalam Top
Ten Exporter and Importer of Fish and Fishery Product. Hal ini bisanya
terkendala dalam birokrasi perijinan dan kelegalan. Seharusnya ekspor Indonesia
harus lebih banyak lagi, supaya kesegaran ikan Indonesia bisa dinikmati oleh orang-orang
asing.
Alangkah baiknya seluruh stakeholder bisa berkontribusi aktif
dalam bidang perikanan ini. Pemerintah dengan kekuasannya bisa membuat
pertauran yang lebih baik lagi, pun dengan mahasiswa yang harus terus berusaha
menerapkan tri dharma, dan nelayan yang harus bisa lebih berkontrubusi untuk
bekerja sama dengan pihak terkait untuk tidak lagi “nakal” dan menaati
peraturan yang ada serta masyarakat yang saling bahu mebahu untuk bergotong
royong.
written by Fadhilah Luthfi
0 komentar