Warteg Buka atau Warteg Tutup ?

02.51.00


Akhir-akhir ini sempat mencuat berita tentang seorang ibu pemilik warung makan yang ditutup dan disita secara paksa makanan jualannya oleh aparat. Peristiwa itu terjadi karena MUI daerah setempat memberlakukan aturan untuk menutup warung makan saat ramadan. Berita selengkapnya bisa langsung dibaca aja disini http://m.jpnn.com/news.php?id=434545

Nah, menanggapi peristiwa yg lumayan menarik perhatian masyarakat itu, aku mencoba sedikit menyampaikan gagasanku tentang lebih setuju mana warung makan ditutup saat ramadan atau tetep dibuka seperti hari-hari biasanya?

Pertama, aku sih lebih pro untuk warung makan tetap dibuka, tapi yg namanya puasa ramadan, diberi perbedaan sedikit, misal warung ditutup pakai korden atau jendela ditutup setengah, supaya menghargai masyarakat muslim. Kenapa setuju? Karena... masyarakat Indonesia itu heterogen, beranekaragam suku, budaya, agama, bahasa, dan perbedaan lainnya. Tidak hanya agama islam yg hidup di negeri ini. Warung makan atau restauran pasti juga dibutuhkan oleh kalangan non muslim saat bulan puasa. Misalnya, saat masyarakat non muslim yg sedang istirahat bekerja tidak sempat pulang, dan harus mencari warung makan untuk mengisi kembali tenaga mereka.

Belum lagi alasan misal kalo anak kos yg tidak sempat masak sendiri jadi perlu cari makan di luar, nah tempat yg paling dicari pasti warteg terdekat, jarang sih kalo restauran. (calon anak kos soalnya :D ). Dan alasan-alasan lain mengenai keperluan masyarakat non muslim terbadap dibukanya warung makan.

Kedua, warung makan adalah tempat mencari nafkah bagi sebagian warga. Karena sudah jadi pekerjaan setiap hari, tidak dapat dipungkiri mereka sudah menggantungkan penghasilan mereka untuk berjualan di warteg. Bisa sih seumpama mereka berpindah untuk berjualan takjil di pasar ramadan... Tapi tergantung pribadi masing-masing juga untuk mau pindah atau tidak, soalnya ibu ibu penjual pasti punya alasan tersendiri utk tetap membuka warung makannya.

Ketiga, ada sebagian orang yang berpikir jika warung makan dibuka saat ramadan itu adalah godaan. Sebenarnya masalah nya terletak pada iman dan nafsu saja. Yang pandai ngontrol iman untuk tetap puasa itu keren, apalagi yang bekerjanya atau hidupnya berdekatan dengan warung makan, restauran, cafe, dan lain sebagainya. Maka dari itu, sebagai seorang muslim, bulan ramadan merupakan momentum yang tepat untuk menjadikan kita orang yang lebih kokoh lagi. Bukan kokoh ditampolin orang, tapi kokoh diserbu oleh nafsu yang datang kapan saja.

Itulah pemikiran ku tentang pro dan kontra tentang warung makan yang lebih baik dibuka atau ditutup saat puasa. Bagaimana tanggapan mu? Mari berdiskusi, tulis saja pendapat mu di pos komentar ya. Thanks for reading :)

- Written By Fadhilah Luthfi -  

You Might Also Like

0 komentar